AKU HAMIL
Kisahku bermula saat cinta pertamaku menjadi butiran sendu yang tidak terobati hingga aku menemukan sesuatu yang hilang dari hatiku. Mungkin bukan aku saja di dunia ini yang merasakannya. Banyak orang lain yang merasakan apa yang aku rasakan saat ini.
Tahun ini musim hujan benar - benar membasahi bumi dengan butiran air yang turun. Saat ini pula aku menanti seseorang yang sangat aku sayangi untuk menghampiriku di teras yang bergelimang mawar untuknya. Selepas malam Rendy, nama yang diberikan orang tuanya yang kini menjadi pujaan hatiku datang ke peraduan. Ketika datang dia membawa harum minuman keras di bibirnya yang mungil. Sontak seketika aku tertegun dan bertanya kepada hatiku sendiri, benarkah dia pria yang aku tunggu kedatangannya?
"Sayang.....aku datang...."ungkapnya dengan nada mabuk.
"Sayang,....aku minum berat hari ini bersama iblis - iblis cantik di sekelilingku...." ucapnya lagi.
Aku masih tertegun tak percaya sampai dia duduk di teras rumah.
Ren...apa kamu punya masalah hingga aku harus melihat kamu seperti ini?" tanyaku.
Belum sempat dia menjawab, ayah mengusir Rendy dengan kasar. Aku hanya menangis dan jatuh dipelukan ibu. Tak dapat kupercaya orang yang kusayangi pergi sambil mengumpatku.
MARIA.....kamu akan rasakan balasan atas pengusiran ini suatu hari nanti!!"umpatnya.
Sejak saat itu aku tidak pernah melihat wajah Rendy lagi. Kucari dia hingga ke setiap rumah kerabatnya, namun semua tidak ada yang tahu Rendy dimana.
Lima tahun sudah aku mendampingi buah hati yang dia tinggalkan. Kesedihan ini tidak pernah pudar walaupun ada pendamping hidup disampingku. Ayah dari anakku ini adalah sahabat karib orang yang aku sayangi. Tidak ada orang yang sebaik dia selama ini. Disaat aku kehilangan Rendy, dia selalu ada disampingku. Tidak ada kata lelah dia menjagaku hingga usia kandunganku 3 bulan. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menikahiku. Orang tua mana yang mau anaknya melahirkan tanpa seorang suami. Akhirnya kita menikah dan tinggal bersama hingga anakku berusia 5 tahun.
"Bira...kamu yakin tidak menyesal menikah denganku ?" tanyaku.
"Harus berapa kali aku menjawab pertanyaan ini Maria....Selama 5 tahun hampir setiap saat kamu tanyakan itu padaku. Jawabanku masih tetap sama " tidak ". Aku menikahimu bukan karena menanggung semua tanggungjawab Rendy, tapi karena aku mencintaimu sejak kamu masih bersama Rendy." dengan nada pelan.
"Bira...aku minta maaf, selama lima tahun kamu harus menderita. Aku tidak bisa melayanimu selayaknya seorang isteri yang baik. Karena aku tidak bisa melupakan dia....." ucapku lirih.
Bira memelukku dengan penuh hangat. Tidak terasa air mata menetes dipipiku sambil memandang anakku yang sedang bermain di halaman. Aku sadar telah melukai hati Bira suamiku. Tapi cinta pertama ini tidak bisa aku lupakan begitu saja. Terbayang canda dan tawanya semasa bersamaku. Walau ada Bira di sana, dia hanya menemani kami berdua. Aku tidak tahu Bira menyimpan rasa cinta kepadaku, hingga dia berani menikahiku.
Hingga tiba usia anakku 8 tahun, Bira tetap sabar tanpa pelayananku. Kini umurku bertambah, 28 tahun sudah ku jalani hidup ini. Tapi semuanya penuh dengan kesedihan yang tak berujung. Wajah Rendy masih terbayang di mataku. Tak sedikitpun aku lepas dari bayangannya walau Bira di sampingku.
Ketika kupu - kupu mulai terbang menghias angkasa, Bira tanpa sengaja bertemu dengan Rendy. Hanya senyuman yang tersungging diwajah Rendy dan Bira. Hingga satu sama lain duduk bersama di sebuah taman terpencil.
"Apa kabar....Ra...?" Rendy membuka percakapannya.
"Baik Ren....kemana saja kamu selama ini ?" Bira balik bertanya.
"Aku pergi ke Amerika...."
"Ohhh....hebat ya kamu....semudah itu kamu tinggalkan Maria dalam keadaan hamil, HINGGA AKU HARUS MENJADI BAYANGAN KAMU SELAMANYA !!!" sontak nada Bira menjadi tinggi.
Bir,.." sambil memegang tangan Bira.
Bira mengibaskan tangannya.
"Gila ya kamu,.....Ren,....aku mungkin sahabat kamu. Tapi apa harus aku menjalani hidup bersama isteriku tanpa sedikitpun menyentuhnya ? Itu semua aku lakukan demi Maria yang benar - benar mencintai kamu sampai saat ini. Kamu tahu apa yang aku rasakan selama ini,....HAMMMMPAAAA !" teriak Bira.
Rendy tertunduk menatap tanah. Cuaca saat itu menjadi mendung seketika. Sebatang rokok mengepulkan asap dari mulut Rendy.
"Ra...kamu masih ingatkan apa yang aku dan kamu kubur sebelum aku berangkat pergi?" tanya Rendy
"Ya...aku masih ingat, kita menguburnya dibawah pohon beringin di pusat kota. Kamu dan aku saling mengungkapkan perasaan yang ada dihati kita masing - masing dengan jujur tanpa sedikitpun kebohongan." jawab Bira
"Aku..aku akan titipkan kembali satu buah surat untukmu di pohon itu. Sementara aku belum membaca suratmu 8 tahun yang lalu.
"Apa maksud kamu Ren,....? Apa kamu akan pergi lagi untuk selamanya tanpa melihat anakmu walau semenitpun?"
"Ra,...janji satu hal kepadaku...jangan ambil surat - suratku sebelum tanggal pernikahanmu di bulan ini!!
"Jadi....kamu tahu tanggal pernikahanku,...dan kamu melihat aku menikah dengan MARIA !!!!
Rendy hanya menganggukan kepala saja. Kemudian dia berlalu meninggalkan Bira. Petir menggelegar membelah langit. Tidak ada sedikitpun hilang rasa penasaran Bira untuk melihat isi dari surat - surat Rendy.
Masa - masa indah bersama Bira aku lalui dengan sangat bahagia. Hingga saatnya Hilda dewasa duduk dibangku SMA. Aku senang melihat Hilda menyayangi Bira seperti ayahnya sendiri. Keceriaannya menghapus semua kerinduanku kepadanya. Tidak ada satupun kenangan buruk aku lewati bersama Bira.
Diumur 17 tahun Hilda. Saat itu setelah merayakan ulang tahunnya, Bira jatuh sakit. Aku dan Hilda merawat Bira dengan penuh rasa kasih sayang. Hingga aku mengatakan sesuatu yang selama 17 tahun tidak dapat aku ungkapkan.
"Ra...maaf aku baru mengatakannya disaat kamu sedang sakit. Aku mencintai kamu.....terima kasih sudah mendampingi aku selama ini" ungkapku.
Aku mencium kening Bira yang lemah tak berdaya. Dia hanya tersenyum dan memegang tanganku. Sontak seketika tanya jawab dalam hatiku terkuak.
Di hari ke sembilan sakitnya Bira, aku mendengar pembicaraan Hilda dengan Bira.
"Hilda, sayang...ayah sudah tidak kuat lagi. Janji pada ayah kamu akan dampingi ibu selamanya. Sayang...ingat pesan ayah, ambillah surat - surat yang berada di bawah pohon beringin dipusat kota untuk ayah. Dan bacakan untuk ayah di hari tanggal pernikahan ayah.
"Ayah,....jangan tinggalkan Hilda,....ayah...!!" dengan isak tangis.
"Sayang,...ayah tidak akan meninggalkan kamu,...ayah lelah. Izinkan ayah tidur barang sebentar saja. Hujan deras turun seketika mengiringi isak tangis aku dan Hilda. Bira, suamiku tidur untuk selamanya. Petir terasa menyambar bathinku. Angin kesedihan seakan belum beranjak dari kehidupanku. Hilda sangat merasa kehilangan Bira yang telah membesarkannya.
Sesaat setelah pemakaman Bira, aku membereskan semua tempat kerja Bira. Disanalah aku menemukan satu buah surat yang terlampir photo Rendy dan Bira. Aku membacanya dan menangis tersedu. Kenapa semua ini harus terjadi.
Teruntuk Bira sahabatku,....
Sekian lama kita bersahabat,...tak pernah sedikitpun kamu mengecewakan aku. Namun saat ini sebelum kepergianku, aku akan mengecewakanmu hingga aku tak pantas lagi menjadi sahabatmu. Dalam surat ini pula aku harus jujur kepadamu,...Aku tahu selama ini kamu mencintai dan menyayangi Maria. Bahkan sampai aku menghamili Mariapun kamu masih tetap sayang kepadanya. Tapi,...ini menjadi sebuah dilema bagiku, tidak mungkin sebuah bunga kumbang dapat hidup bersama dalam satu bunga mawar. Mungkin ini adalah keputusan yang paling bodoh yang aku ambil. Aku titipkan Maria dan anakku kepadamu. Berjanjilah untuk selalu bersamanya dalam keadaan apapun. Bukan aku mau lari dari tanggung jawabku, tapi aku menghargai kesetiaan sahabatku ini akan cinta yang tulus....Semua kenangan tentangku akan menjadi cerita bagi anakku suatu saat nanti. Bira....berjanjilah, sampaikan salam hangat dari aku untuk anakku bahwa aku sangat mencintai dia dan ibunya selama hidupku. Memang terlihat sadis aku berkata ini kepadamu. Tapi aku sudah berjanji tidak akan berbohong dalam tulisan terakhirku ini. Aku akan selalu mendampingi kalian seperti kamu mendampingi Maria....Aku janji,di saat tanggal pernikahan kalian aku akan menemui anaku bersama Maria.
Diujung kerinduan Rendy membaca surat Bira
Untuk sahabat,....
Kali ini aku bersumpah demi langit dan bumi bahwa aku akan membuat kamu marah selamanya...Ren, kamu sahabat terbaikku, tapi saat ini pula aku harus jujur kepadamu bahwa aku mencintai MARIA....baik dalam keadaan apapun....Jika Tuhan mengijinkan walau sedetik aku ingin hidup bersama dia.....Namun kamu sudah mengecewakan cinta pertama Maria. Ren,...ingin sekali aku memukulmu hingga kamu sadar bahwa Maria sangat mencintaimu. Ingin sekali aku berteriak ditelingamu jangan pernah sakiti Maria untukku.....atau aku akan membunuhmu....
Ego mengalahkan segalanya. Penghargaan adalah sebuah perjuangan yang penuh dengan pengorbanan. Aku adalah wanita terbodoh di dunia. Kenapa aku tidak menyadarinya sejak awal.
Hilda berjalan dengan langkah gontai menyapu ilalang. Langkahnya terburu - buru menghapiri sebuah pohon beringin tua di pusat kota. Dia mulai menggali apa yang menjadi wasiat ayahnya.
Teruntuk sahabat selamanya,...
Bira sahabatku....aku tinggalkan kembali kamu untuk kedua kalinya saat ini....penasaranku sudah impas melihat anakku tumbuh hingga umur 8 tahun. Ini adalah pengalaman terindah yang kusaksikan. Kalian bahagia tanpa aku disisinya....Biarkan alam mengutukku untuk kembali kepada Maria dan Hilda suatu saat nanti....Walau jiwa ini terbelah menjadi dua, aku rela mengorbannya untuk kebahagiaan kalian. Bira,...aku tahu kamu tidak akan mengecewakan mereka,....Aku rela Maria bersamamu, biarlah dia melayanimu layaknya seorang isteri terhadap suaminya. Kamu sudah menderita selama 7 tahun, hampa tanpa bunga pernikahanmu. Walaupun Maria tidak bisa melupakanku, aku yakin dia akan mencintaimu suatu saat nanti....Disaat kau lahirkan buah pernikahanmu, aku akan ada disampingmu....Dan kamu tahu itu kapan.....Disaat bulan Desember tanggal 17 tanggal pernikahan kalian 9 tahun ke depan....di usia anakku 17 tahun. Aku akan merangkak menghadap kalian memohon ampun atas dosa yang telah aku perbuat selama ini....Hingga ujung rambut ini memutih aku akan selalu menjadi pendamping bayangan bagi kalian...Tunggu aku di taman tempat terakhir kita bertemu terakhir kalinya "TAMAN IMPIAN"....Bawa serta isteri dan anakku 9 tahun ke depan, aku akan datang di sana dan tidak akan pernah lari lagi dari kalian.....
"TAMAN IMPIAN !...hari ini tanggal pernikahan ibu.....
Hilda berlari ke rumah dan mengajak ibunya ke taman impian. Mereka bergegas menuju arah Taman Impian. Setibanya disana,hanya ilalang tinggi yang menyelimuti suasana taman yang terpencil dipinggiran kota itu. Satu jam sudah terlewatkan....Dua jam sudah terlalui. Aku dan Hilda lelah menunggu. Bahkan aku merasa ini hanyalah sebuah sandiwara kata - kata yang menghias kejujuran sebuah surat. Disaat matahari akan tenggelam, aku dan Hilda beranjak dari tempat penantian. Ketika berjalan menyusuri ilalang....Aku dan Hilda terkejut melihat wajah yang tak pernah aku lupakan berdiri di kejauhan. Sontak air mata menetes di pipiku. Hilda tertegun seraya merangkul tubuhku yang terserang gemetar yang amat sangat. Wajah itu berjalan mendekati kami berdua hingga berjarak 2 meter dari tempat kami berdiri.
Tanpa pikir panjang kami berdua mendekap orang yang selama ini menghilang dari kehidupan kami.
Ps : " Jika sahabatku tidak bisa menjagamu selamanya,...maka aku akan menjadi pendampingmu hingga akhir hayatku, dan aku tidak akan pernah lari lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar