CINTA DILORONG GELAP PART 2
CDLG PART 1
Selepas kejadian malam itu. Aku pergi mengelana seputar ibu kota. Banyak sekali pengalaman baru yang aku temui. Selain kupu - kupu malam yang menghiasi kota, ada beberapa yang masih memiliki moral yang patut diselamatkan.
"Raka, malam ini aku dapat uang banyak banget. Yah...tidak kurang dari 2 juta lah."
Rani adalah orang yang selama ini menjadi tempat mengeluh aku. Dia seorang hostes di daerah Kemang. Aku tahu persis siapa dia. Aku hidup di kontrakan yang sama. Mungkin ini ibarat seorang kumbang yang berlindung dalam kelopak bunga mawar yang belum mekar. Aku merasa tidak mampu berkata - kata saat dia pergi malam dan pulang pagi. Aku paham betul kehidupan keras kota ini.
Suatu hari ketika aku sedang asyik menyanyi di pub milik tante Lisa. Aku melihat Rani bersama seorang pria yang mungkin tidak pernah aku lupakan sedikitpun. Dia adalah orang yang pernah memaki dan menghancurkan pintu pub waktu itu. Sambil berlalu aku terus menyanyi dengan nada sedikit agak mengeras. Aku masih jengkel dengan pria itu. Setelah aku selesai menyanyi, aku menghampiri Rani dan teman barunya itu.
"Hai...what's up!!" ucapku sambil menyalakan sebatang rokok.
"Oh...hai,,,...Ka, kenalin ini Ryan temen aku!" jawab Rani.
"Hai,...rupanya aku sudah kenal dia Ran,..." jawabku sambil meninggalkan meja mereka.
Rani terperangah. Lalu bertanya pada Ryan, dimana dia kenal aku. Aku pun minum bareng tante Lisa. Tidak berapa lama, aku melihat seorang gadis menghampiri meja Ryan dan Rani. Mereka terlihat cekcok sampai Rani berteriak.
"SIAPA SIH LO......TAMPAR - TAMPAR MUKA ORANG !!!" teriak Rani.
Tante Lisa hanya melihat dan tersenyum ketika melihat orang yang menampar Rani adalah temannya Yuanita. Rani mulai terdesak dengan beberapa pukulan Yuanita yang mengenai wajah Rani. Sementara Ryan kewalahan memisahkan mereka berdua. Terpaksa aku menghampiri mereka.
"Rani....!!!" teriakku sambil menarik tangan Rani.
Aku membawa Rani keluar pub. Diluar Rani menangis dan masih terlihat emosi.
"Anjing banget tuh cewek....masa dia gamparin gue Ka!!!
"Udahlah....cowok tuh emang gitu Ran....Eh lo tahu siapa perempuan itu?" tanyaku.
"Yang pasti bukan pacar kamu kan?" jawab Rani emosi.
"Dia temennya tante Lisa, namanya Yuanita.....jelas!! Dan laki - laki itu adalah tunangannya." jelasku sambil menyalakan rokok.
Lalu aku dan Rani berbincang hingga saatnya Yuanita dan tungangannya menghampiri kami.
"Kamu Rani kan....kamu tahu...kalau Ryan itu tunangan aku.....!" tanya Yuanita.
"Raka yang jelasin ke aku....Ryan emang cowok bangsat....dia sudah mempermainkan kita berdua.." jawab Rani.
Tiba - tiba Rani berjalan ke arah Ryan dan meludahi Ryan berkali - kali.
"Anjing....walau aku perek, aku masih punya harga diri....aku hamil....bangsat!!" cetus Rani sambil berjalan meninggalkan Ryan.
Sepontan saja aku berlari ke arah Ryan dan memukulnya tepat di rahangnya. Aku hajar Ryan tanpa ampun sampai Yuanita dan sekuriti pub meleraiku.
"Tai kau....lelaki pengecut!!! Dan lo....( aku menunjuk Yuanita )Mestinya lo tau kemana aja tunangan lo pergi. Rani emang bukan pacar gue, dia temen gue. Jangan sekali - kali lo berani sakitin dia, atau lo mesti berhadapan sama gue !!"
Sejak kejadian hamil, Rani tidak pernah bekerja menjadi kupu - kupu malam lagi. Dia berusaha menjalani hidup dengan aman. Sementara, aku coba merawat Rani hingga perut Rani membesar. Aku bekerja untuk memberikan kehidupan bagi bayi yang dikandungnya. Dia berkali - kali menatapku dengan penuh penyesalan di meja makan. Aku hanya tersenyum saja melihat dia.
"Ka,...aku tahu kamu kesel sama aku selama ini. Aku mungkin tidak bisa membalas kebaikan kamu. Andai saja aku masih punya jalan untuk pulang, tentunya aku sudah pulang.
"Sudahlah nggak usah bahas itu lagi....
"Eh...Ka, apa kamu tidak pernah punya pacar selama ini?
"Sempet sih,...tapi itu dulu,...mungkin kamu juga tahu orangnya....Sebenarnya aku belum pacaran, baru mau suka aja sih,...tapi udah ke bongkar duluan rahasianya.
"Siapa ?...
"Yuanita !!!
Rani terdiam dan menatap aku dengan wajah sedikit menyesal.
Hingga tiba umur kehamilan Rani menginjak 9 bulan. Aku merasa kebingungan, kemana Rani harus dibawa saat dia sedang kontraksi. Akhirnya aku membawa Rani ke rumah sakit terdekat. Seorang dokter dan suster langsung merawat Rani. Aku berdiri diluar dengan perasaan yang tidak karuan. Seakan - akan kiamat terjadi hari itu. Mungkin ini yang dirasakan setiap seorang suami saat menghadapi isteri yang melahirkan. Aku baru sadar tentang perjuangan seorang ibu saat melahirkan. Aku teringat ibu saat aku maki - maki, aku teringat ayah yang pernah aku dorong dengan kakiku. Rasa ini mulai kembali terkuak bahwa aku sangat merindukan mereka berdua.
"Maaf Mas,...Mas suaminya ?!" tanya dokter.
Aku bingung menjawab pertanyaan itu. Dokter ini mungkin sudah seumuran bapakku kalau masih ada.
"Bukan...Dok,...saya temannya!" jawabku terbata - bata.
Kemudian dokter itu membawaku ke ruangannya. Dia menjelaskan bahwa Rani tidak apa - apa. Tapi aku sempat kaget saat dokter mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal.
"Rani, memiliki tanda di kakinya. Tanda itu mengingatkan anak perempuanku yang pergi dari rumah saat umur 11 tahun, saya memarahinya. Dia tidak pernah kembali lagi sejak itu. Dan aku yakin, dia adalah anakku yang hilang.
Mendengar cerita dokter tadi, aku sedikit terheran. Kenapa semua ini bisa terjadi. Dalam kasus seperti ini aku tidak dapat menyimpulkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Namun ternyata kalaulah benar Rani yang aku kenal adalah seorang anak dokter ternama, apa yang bisa aku perbuat.
Seribu senyum lepas dari bibir mungil seorang malaikat kecil. Aku terdiam membisu saat kupu - kupu hinggap dikedua mulutku. Nyawa seakan melayang - layang mendengar tangisan yang terdengar indah dipagi hari. Malikat - malaikat menari bersama alunan senyum yang menghias wajah sang bunda.
"Ka...apa yang bisa kamu lakukan lagi untuk aku?"tanya Rani padaku.
"Apapun yang kamu butuhkan Ran,...aku siap. Asalkan bayi itu bisa tumbuh ditangan yang bener!"jawabku.
Beberapa hari setelah Rani melahirkan bayinya. Aku terbayang wajah Yuanita saat memukuli Rani saat itu. Aku terhempas dalam lamunan saat sudut matanya menatap ke arahku. Aku memang salah menghajar si biang kerok Ryan itu. Yang notabene dia adalah tunangan Yuanita.
Ketika suatu hari, hujan mulai turun dari langit. Bermacam - macam bayangan menjadi sebuah dilema bagi dua elegi yang terpisah. Tante Lisa mengajakku untuk bertemu di pub-nya. Dari jendela luar aku melihat tante Lisa sedang berbincang dengan seseorang yang sudah tidak asing lagi. Dia adalah Yuanita. Yang terjadi disana Yuanita menangis dan memeluk tante Lisa dengan erat. Aku tidak mengerti ada apa gerangan saat itu. Malam kian larut aku tetap berdiri di depan jendela sambil mengamati yang terjadi di dalam sana. Karena terlalu lama aku berdiri, akhirnya aku masuk juga ke dalam pub.
"Ka...kemana aja kamu?! tanya Tante Lisa
"Ada Tan...Ada apa manggil saya Tan?" tanyaku.
"Aku cuma mau bilang.....eh...Yuanita memutuskan pertunangannya sama Ryan. Sebaiknya kalian ngobrol saja berdua, biar tante cari angin dulu!" jawab tante Lisa.
Perasaanku tidak karuan saat itu. Seakan - akan langit runtuh dikepalaku. Siapa yang tidak gemetar saat menghadapi perempuan yang kita kagumi. Wah...rasanya semua menjadi beku.
"Raka...semenjak pertama kali kita bertemu dalam suasana tidak enak waktu itu. Aku merasakan sesuatu yang berbeda padamu."
"Maksud kamu?" aku balik bertanya.
"Aku pikir, aku suka sama kamu Ka....Makanya aku minta Tante Lisa untuk mempertemukan aku sama kamu malam ini. Setelah tahu kelakuan Ryan padaku selama ini, akhirnya aku putuskan untuk berpisah.
JLEBBB...!!! Sontak saja perasaanku seakan mati tak bergerak. Bibirku kelu saat mendengar ucapan Yuanita. Hari itu Yuanita membawaku ke dunia lain. Namun apa yang selama ini menjadi harapanku terbukti dalam semalam saja. Aku tahu Yuanita adalah wanita yang hidup dalam keremangan malam. Tapi itu hanya perasaanku saja, karena setiap aku bertemu selalu dimalam hari.
Malam dimana aku bertemu dengan Yuanita, Rani menunggu aku pulang sembari menyusui si kecil. Dia menghubungiku melalui teleponnya.
"Halo...Raka, kapan kamu pulang?...Aku udah masakin kamu makan malam..
"Oh,..ya, sebentar lagi aku pulang...
"Siapa, Ka...
"Raka, si kecil nangis terus nih, aku cape g bisa tidur...kamu cepet pulang ya...
"Oh....ok, aku balik sekarang...." jawabku.
Malam itu aku pamit pulang sama tante Lisa. Yuanita menatapku dengan penuh harap. Aku segera pulang ke rumah.
"Kamu belum tidur, Ran!" tanyaku sambil mengambil air minum.
"Belum,...kamu makan dulu Ka...Kayaknya si kecil demam....
"Oh...ya sudah kita periksakan saja ke dokter besok!"
Keesokan harinya aku mengantar Rani ke dokter yang menanganinya saat dia melahirkan. Ternyata dokter menyatakan kalo si kecil demam biasa. Wah lega rasanya mendengar itu semua. Dokter Hadi namanya itu menatap Rani yang sedang menggendong bayi. Dia seakan semakin yakin bahwa Rani adalah anaknya yang hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar